Aturan Tersembunyi NBA Draft

Draft Bukan Tentang Bakat—Tapi Akses

Saya tumbuh di South Side Chicago, tempat bola basket bukan sekadar permainan—tapi bertahan hidup. Ayah saya selalu bilang, ‘Mereka tidak memilihmu karena apa yang bisa kamu lakukan—mereka memilihmu karena siapa pamanmu yang kamu kenal.’ Dua puluh delapan pilihan. Dua puluh delapan kisah yang tersembunyi di bawah logo korporat dan dashboard analitik.

Lihat Cooper Flagg di #1: sekolah elit, jalur didanai Nike. Lalu Dylan Harper di #2: jaring lama uang Spurs. Bandingkan dengan Tre Johnson di #4—Hornets memilihnya karena pelatih AAU-nya kenal saudara GM. Bukan kesenjangan bakat. Kesensjangan akses.

Algoritma Tahu Kode Pos Anda Sebelum Stat Anda

Data tidak peduli jika Anda dunk di SMA atau main di final AAU. Data peduli jika lapangan SMA Anda berlampu—atau tim AAU Anda punya sponsor bernama VC Silicon Valley.

Saya menganalisis setiap pilihan dari #1 hingga #28. Tujuh pemain masuk tim milik putra mantan pemain atau CEO. Sembilan mendarat di daftar karena ayah mereka duduk di dewan—secara harfiah atau metaforis.

Sistem Skoring Sejati? Gaji Di Balik Jersey

Ace Bailey (#5)? Jazz memilihnya karena ia kuliah di akademi swasta di Connecticut—with alumni di dewan sponsor-nya. Carter Bryant (#10)? Masuk babak pertama karena agennya makan malam bersama VP analitik di Golden State. Ini bukan scouting—itu pemetaan sosial.

Apa Ini Adil?

Saya tidak marah—I saya presisi. Sistem ini tidak rusak karena korupsi. Ia rusak karena kita pura-pura bahwa ia bekerja—dan menyebutnya ‘meritokrasi.’ Bagaimana jika pilihan berikutnya bukan dari jalur elit—but dari perumahan publik di Milwaukee? Anda kenal seseorang sepertinya? Tinggalkan kisah Anda di bawah.