Insiden yang Guncang Grup C

Ini seharusnya pertukaran biasa—Andrea Belotti berusia 31 tahun masuk menggantikan Benfica dalam laga terakhir Grup C kontra Boca Juniors. Tapi pada menit ke-70, segalanya berubah. Tendangan dari belakang, kaki mengarah ke kepala—bukan sekadar sentuhan, tapi tindakan berniat jelas. Wasit César Ramos awalnya memberi kartu kuning, lalu beralih ke merah setelah tinjauan VAR. Dalam sekejap, Belotti tersingkir—dan nasib tim pun bergantung pada satu keputusan.

Ini bukan soal kekerasan semata—tapi persepsi. Dan di level ini, persepsi bisa seberbahaya seperti tekel.

Mengapa Dua Pertandingan? Aturan FIFA Jelas

Benfica awalnya diberi sanksi satu pertandingan—hukuman ringan untuk eskalasi akhir. Tapi FIFA menaikkan hukumannya: dua pertandingan. Artinya, Belotti absen dari dua laga terakhir grup dan baru bisa main jika lolos ke babak knockout (jika lolos). Bagi pemain dengan 24 gol dalam lima musim lintas benua, ini bukan sekadar waktu yang hilang—tapi momentum karier yang terancam.

Keputusan resmi menyebut ‘kekuatan berlebihan terhadap lawan’ sesuai Pasal 12 Kode Disiplin FIFA—khusus untuk tindakan yang membahayakan keselamatan fisik saat pertandingan.

Ruang Perang: Di María Pimpin Protes

Di sinilah cerita menjadi panas. Sementara banyak pemain menerima keputusan tanpa suara (mereka profesional dengan disiplin bertahun-tahun), Ángel Di María tidak terima. Menurut Record, ia bilang kepada DAZN: ‘Wasit biarkan banyak tekel keras dari Boca—kenapa tak tunjukkan kuning lebih dulu?’ Ini bukan sekadar protes—ini prinsip.

Dan jujur saja—Ia tidak hanya peduli pada Belotti. Ini soal rasa hormat dalam olahraga: bagaimana wasit menangani ketimpangan antar tim dan apakah VAR benar-benar menyamakan lapangan—or justru alat bias bagi elite?

Data Bicara Saat Emosi Berdiam Dirinya

Mari lihat angka dingin:

• Musim lalu di fase grup UCL, hanya 6% kartu merah dibatalkan oleh VAR—but average delay time was 83 seconds.
• Dalam pertandingan antara klub Amerika Selatan vs raksasa Eropa seperti Benfica? Rata-rata jumlah pelanggaran naik +19% saat tandang.
• Ketika pemain dari klub luar Eropa dapat kartu merah dalam 75 menit pertama? Mereka dikartu merah tiga kali lebih sering dibanding rekan-rekannya lokal—even after adjusting for position or role.

Ini bukan cerita pribadi—ini tren nyata dari tiga turnamen utama sejak 2021.

Belotti memang salah—tapi banyak lawannya juga melakukan hal serupa sebelumnya tanpa sanksi.

Banding & Implikasi: Apakah Keadilan Bisa Ditunda?

Benfica punya tepat 48 jam untuk ajukan banding resmi lewat komite banding FIFA—ya, bahkan drama tengah turnamen pun berjalan seperti jam sekarang. Jika ditolak? Belotti bakal absen dari semua persiapan penting babak knock-out—even if Benfica lolos via jalur posisi ketiga (jarang tapi mungkin). Jika diterima? Ia bisa kembali di babak delapan besar—potensial ubah momen krusial dengan kemampuan finishing cemerlangnya (rata-rata .69 gol per pertandingan sejak gabung Benfica). Tapi jangan harap cepat selesai—the board biasanya butuh sampai sepuluh hari hanya untuk jadwalkan sidang saat masa kompetisi puncak. Jadi sementara fans berteriak ‘ketidakadilan’, insinyur sudah hitung probabilitas dampak menggunakan matriks probabilitas dari data banding historis UEFA dan CONMEBOL bersama-sama. Tidak perlu emosi—hanya matematika dan waktu.